Nicholas Rafaelito  1701311581

Tugas Akhir Karya Binusian Desain Interior 2017

Perancangan Museum Jejak Peranakan memiliki tujuan mempresentasikan cerita dan jejak-jejak Peranakan Tionghoa di Indonesia, tidak hanya melalui artefak-artefak peninggalan atau foto-foto, namun juga melalui atmosfir ruangan. Dalam menciptakan atmosfir ruangan yang seperti ini diperlukan space yang memadai secara luas, tepat ukuran tata pajang dan tentu saja dengan permainan material, tekstur, bentuk dan juga warna yang dipakai.

Untuk menampilkan kesan nostalgia dan historis, gaya yang dipakai adalah Chinese Style dengan sentuhan kesan indische, yang merupakan ciri khas rumah orang-orang Tionghoa pada masa pemerintahan Belanda. Selain itu, gaya Chinese dipadukan dengan kesan Modern sehingga suasana ruangan tidak terasa tua atau kuno, yang membuat kontras di saat artefak yang dipajang adalah benda-benda tua. Bentuk-bentuk yang dipilih juga hasil perpaduan dari gaya kebudayaan Peranakan seperti Moongate, konstruksi-konstruksi terbuka, ornamen-ornamen, dan juga gaya eropa seperti tiang-tiang untuk treatment kolom, bentuk-bentuk yang tegas, dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini mengambil inspirasi dari bangunan-bangunan peninggalan Peranakan yang tersebar di Asia Tenggara, seperti ornamen-ornamen eropa dari bangunan Candra Naya, Rumah Keluarga Souw di Jakarta, hingga di luar Indonesia yang masih memiliki karakter serupa seperti rumah Loke Yew di Malaysia.

Konsep bentuk dalam perancangan Museum ini menggunakan bentuk-bentuk ethnic, yakni serapan dari bentuk-bentuk geometris dan organik yang terdapat di bangunan-bangunan Peranakan yang terdapat di Indonesia. Bentuk-bentuk yang dipakai seperti kolom doric bergaya eropa untuk menunjukkan kesan indische serta gerbang moongate bergaya oriental untuk menunjukkan kesan asia. Selain itu juga diterapkan gaya modern pada Oriental Style yang dapat menimbulkan kesan kontras antara artefak dan lingkungannya, namun masih sinergi.