Kolaborasi Gaya Natural & Industrial
14DESAIN- Bisnis Indonesia Weekend Edisi Minggu, 1 Januari 2017
Dosen Desain Interior Binus University, Dimas Suryono, Ssn, aktif menjadi konsultan praktisi di Kolom 14Desain dari Bisnis Indonesia Weekend. Selengkapnya anda dapat melihat artikel di dalam edisi Minggu, 1 Januari 2017 ditulis oleh Dika Irawan.
Coworking space kini mulai akrab di telinga khalayak Ibu Kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa coworking space tidak dapat dilepaskan dari booming industri kreatif yang didominasi oleh generasi muda. Layaknya anak muda yang identik dengan kebebasan, desain coworking space terlihat lebih cair dan tidak kaku seperti lazimnya ruang kantor. Salah satu desain coworking space yang dapat dijadikan ilham adalah coworking Clapping Ape yang berlokasi di Jakarta Selatan. Terletak di kawasan ruko bergaya arsitektur klasik, coworking space ini justru berani tampil beda dengan menonjolkan sisi interiornya. Saat Bisnis melangkah ke dalam ruangan, dikejutkan dengan keindahan lampu pijar yang menjuntai dari langit-langit, dan hiasan mural pada dinding. Suasana homy begitu lekat dalam ruang kantor ini. Dinding dan langit-langit yang hanya cukup diplester, lengkap dengan kombinasi papan kayu memancarkan unsur yang hangat. Pilar bangunan yang menyatu ke dinding, dihias dengan rumput sintetis. Pada bagian atap bercat hitam, sengaja dibuat terbuka tanpa perlu ditutup dengan eternit. Hasilnya cukup memuaskan. Meskipun dominan gelap tetapi terkesan intim.
Desainer Interior Dimas Suryono menuturkan, tempat kerja generasi milenial tersebut sangat lekat dengan gaya industrial yang dipadankan dengan interior bergaya natural. Dia mengatakan kedua gaya ini sangat lekat dengan generasi muda. “Secara harfiah, arti Clapping Ape kan tepuk tangannya kera. Oleh karena itu, ada sentuhan gaya alam yang terlihat dari penggunaan rumput-rumput sintetis, dan pohon-pohon di beberapa sudut ruang,” tuturnya.
Gedung perkantoran empat lantai ini memiliki ruangan seluas 4,5 x 15 m2. Di lantai 1, tersedia ruang pertemuan berukuran kecil, yang dilengkapi beberapa kursi, meja dinding, dan dapur. Kemudian di lantai 2, suasana lebih serius sebagai tempat kerja karena ruangan penuh berisi meja-meja dan kursi-kursi untuk kegiatan ngetik. Kedua lantai tersebut memiliki tampilan interior hampir sama. Beranjak ke lantai 3, telihat kesannya yang sedikit berbeda. Sebab di bagian ini merupakan tempat seminar atau nonton film. Namun, jangan bayangkan terdapat deretan kursi seperti yang biasa tersedia di aula serba guna. Di lantai ini hanya diletakkan dua sofa menghadap ke arah televisi yang menempel di dinding. Menariknya dinding itu ditutupi dengan balok-balok kayu bercat putih. “Saya gunakan kayu kasau tidak terpakai yang masih bagus. Kemudian saya cat dengan sekali sapuan untuk memunculkan kesan berantakan,” kata Dimas.
Di lantai paling atas, para tamu akan disuguhkan tema ruangan terbuka. Bagian lantai dilapisi rumput sintetis, dinding dibuat mural, dan disediakan kursi-kursi untuk bersantai. Dimas mengatakan ruang ini nantinya juga akan disediakan tempat kopi. Dengan demikian, para pengunjung yang bosan bekerja bisa mengatasi rasa penatnya di sini. “Kalau mereka lagi jenuh bisa santai sambil cari angin,” imbuhnya. PERUBAHAN TAMPILAN Sebelum disulap menjadi coworking space, sambung Dimas, tempat ini adalah ruko perkantoran. Dia diminta pemilik Clape Ape untuk mengubah ruko menjadi coworking space dalam waktu sebulan. Memang bukan waktu yang ideal bagi dia untuk merenovasi interior bangunan. Apalagi mengubah total wajah interior ruko tersebut. Namun, kendala tersebut dapat diatasi tepat waktu, sambil ada beberapa pembenahan di beberapa bagian. “Kerjakan dalam waktu sebulan itu seperti proyek mengerjakan candi,” tuturnya. Pada bagian langit-langit, Dimas sengaja menghilangkan eternitnya agar terlihat lebih tinggi serta mendapatkan kesan industrial. Sebab salah satu ciri desain industrial adalah langit dibiarkan terbuka untuk memperlihatkan saluran-saluran pipa. Setelah itu dicat hitam dan ditambah rangka-rangka besi sebagai unsur dekoratif. Selain langit-langit, dia juga mengubah total bagian dinding dan lantai. Dia membongkar habis seluruh keramik-keramik di lantai, kemudian mengerik tembok dan menggantinya dengan plesteran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesan polos dan unfinished.
Terkait perabotan, Dimas menghadirkan furnitur-furnitur bergaya minimalis. Sebagian perabotan dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi ruangan yang tak begitu luas ini. Misalnya, di lantai tiga, dia membuat meja yang bisa diubah menjadi tempat duduk. “Semuanya agar terlihat sederhana,” ujarnya. Kendati membongkar habis bagian dalam, Dimas tetap membiarkan jendela seperti sediakala. Jendela berukuran besar tersebut dipertahankan Dimas karena memiliki gaya klasik yang dapat dikolaborasikan dengan gaya interiornya. Lantaran terlalu banyak cahaya yang masuk, dia berniat menutupi jendela tersebut dengan roller blind. Dalam pandangan Dimas gaya industrial yang cenderung acak-acakan sesuai dengan semangat jiwa muda. Terlebih coworking space diperuntukkan bagi para startup yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak mau berada dalam suasana formal yang mengikat.