Ini Tips Membangun Musala di Rumah
GAYA HIDUP- banten.bisnis.com Edisi 23 Juni 2017
Dosen Desain Interior Binus University, Dimas Suryono, Ssn, aktif menjadi konsultan praktisi di Kolom Gaya Hidup dari Banten Bisnis.com. Selengkapnya anda dapat melihat artikel ditulis oleh Dika Irawan melalui http://banten.bisnis.com/read/20170623/220/665478/ini-tips-membangun-musala-di-rumah
Ilustrasi salat – Istimewa
Bisnis.com, JAKARTA–Salat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi seorang muslim. Di mana pun berada, rukun Islam kedua itu tak boleh ditinggalkan temasuk ketika berada di rumah. Oleh sebab itu keberadaan ruang khusus ibadah di dalam rumah menjadi keharusan bagi penghuni muslim agar kewajibannya tersebut tidak terlewatkan.
Ada berbagai alasan kenapa ruang salat itu mesti dihadirkan di rumah. Dengan disediakannya ruang salat di dalam hunian maka penghuni dapat menjalankan ibadahnya tersebut dengan tenang. Khususnya bagi yang sudah berkeluarga, ruang salat ini menjadi sangat penting untuk menggelar salat berjamaah bersama anggota keluarga lainnya. Di samping itu, ketika ada tamu bertandang ke rumah maka tak perlu repot-repot penghuni untuk menyediakan tempat salat bagi mereka. Idealnya ruang ibadah ini tidak hanya diperuntukan untuk kegiatan salat lima waktu, tetapi mewadahi ibadah lainnya seperti membaca Al Quran. Apalagi di Ramadan ini intensitas ibadah akan semakin meningkat di banding bulan-bulan biasanya.
Lantas bagaimana menghadirkan ruang salat di dalam hunian? Desainer Interior Dimas Suryono menjelaskan, hunian dengan penghuni muslim perlu dibangun area khusus untuk beribadah yaitu musala. Alasannya tidak setiap hari penghuni atau pemilik rumah dapat beribadah ke masjid karena berbagai kesibukannya masing-masing.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait musala untuk hunian ini. Dimas mengatakan, bagi penghuni yang hendak menghadirkan musala di dalam rumah maka idealnya ruang salat tersebut berada di zona publik. Tujuannya agar ruang salat tersebut dapat diakses oleh semua anggota keluarga. “Jadi apabila ada tamu yang juga ingin menjalankan ibadah salat bisa menggunakan atau memanfaatkan area tersebut,” ujarnya.
Setelah itu, tambah Dimas, selanjutnya penghuni harus pula memperhatikan besaran area musala. Menurut desainer interior pemilik studio Imanoo itu besaran area musala yang cukup untuk melaksanakan ibadah secara berjamaah paling tidak memiliki dua shaf atau dua barisan salat. “Besaran tersebut merupakan besaran minimal untuk mengakomodasi salat berjamaah,” ujarnya.
Jika ruang hunian terbatas, maka penghuni dapat pula memanfaatkan ruang lain sebagai area salat. Terkait hal ini, Dimas mengatakan, area tersebut baiknya memiliki tingkat kebisingan yang rendah seperti ruang kerja atau perpustakaan. Hal itu dimaksudkan agar mendukung kekhusyukan salat.
Meskipun demikian sejatinya bukan hanya di dalam hunian, ruang salat atau musala pun dapat dibangun di area luar rumah. Dimas menjelaskan, mengenai hal ini penerapan ruang terbuka untuk musala dapat diterapkan apabila area rumah luas. Penghuni, imbuh Dimas, dapat membangun musala di area taman belakang atau bahkan di samping hunian bila lahan mencukupi.
Kemudian, jangan sampai dilupakan area khusus beribadah harus dibuat berbeda dengan ruang lainnya. Dimas mengatakan, ruang musala harus didekorasi secantik mungkin untuk menonjolkan identitasnya sebagai tempat beribadah. Sehubungan dengan itu, Dimas menyarankan kepada penghuni untuk menggunakan atribut bernuansa keislaman. Secara harfiah dekorasi itu berupa bingkai-bingkai kaligrafi ayat suci Al Quran di dalam ruang musala. “Atau bisa juga menggunakan aksesoris yang lebih berbau urban kontemporer. Gayanya bisa mengambil kiblat Timur Tengah atau pun dapat disesuaikan dengan adat tradisi keislaman Indonesia,” ujarnya, Kamis (22/6/2017).
Adapun untuk pencahayaan ruang salat, Dimas menganjurkan baiknya supaya lebih mudah menggunakan dimmer lampu, alat pengatur cahaya lampu. Lewat cara itu penghuni dapat mengatur tingkat cahaya di dalam ruangan. “Jika ingin fokus berdoa maka [lampu] bisa ditemaramkan, tetapi jika ingin fokus membaca Al Quran lampu dapat diterangkan.” Terkait kegiatan membaca Al Quran ini, imbuh Dimas, sebaiknya kitab suci tersebut diletakkan di area yang steril dan terjaga. Dalam hal ini, penghuni dapat menaruh kitab suci tersebut di dalam kabinet dan diletakkan di jajaran tertinggi dibanding benda lainnya.
Sedangkan untuk penyimpanan peralatan salat penghuni dapat menggabungkan dengan tempat penyimpanan kitab. Sedangkan posisinya, dapat diletakkan di rak bawahnya. Agar semakin mempercantik musala hunian, Dimas menyarankan kepada penghuni untuk menghadirkan furnitur bergaya Maroko di dalam ruang musalanya.
Tag : arsitektur, gaya hidup Editor : Rustam Agus
Comments :