Tugas Akhir Karya Binusian Desain Interior 2019

Elsa Levina 1901459213

Cerita rakyat Indonesia merupakan cerminan kebudayaan dan kearifan lokal Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Museum Interaktif Cerita Rakyat Indonesia di Bandung dibuat dengan tujuan untuk melestarikan dan menarik kembali minat masyarakat, terutama anak-anak usia 7-15 tahun, akan cerita rakyat Indonesia yang mulai pudar. Fokus dalam perancangan museum ini adalah pembentukan suasana ruang, pengaturan alur sirkulasi dalam layout, serta perancangan tata pamer yang dapat menunjang pengalaman pengunjung dalam memperoleh edukasi tentang cerita rakyat Indonesia melalui pengalaman yang unik dan menyenangkan. Dengan konsep ‘Pengarung Kisah’, pengunjung diajak bertualang menjelajahi dunia imajinasi cerita rakyat Indonesia. Konsep diterapkan dalam sirkulasi museum khususnya pola sirkulasi ruang pamer, tata pamer yang memungkinan pengunjung untuk berinterkasi langsung dengan objek pamer serta pengaturan pencahayaan lampu, background music, dan penghawaan yang dapat menstimulasi indra-indra pengunjung untuk membangun suasana ruang yang sesuai.

 

Museum Interaktif Cerita Rakyat Indonesia dibuat dengan tujuan untuk melestarikan dan menarik kembali minat masyarakat akan cerita-cerita rakyat Indonesia. Hal tersebut dapat dicapai dengan membuat sebuah museum yang tak hanya menyajikan informasi-informasi saja namun juga memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi dengan objek pamer di dalamnya dan pada akhirnya memperoleh edukasi melalui pengalaman yang unik dan menyenangkan dalam museum. Dengan target pengunjung yang berfokus pada anak-anak usia 7 – 15 tahun, peracangan interior Museum Interaktif Cerita Rakyat Indonesia mengambil konsep ‘Pengarung Kisah’ dimana pengunjung diposisikan sebagai petualang yang akan menjelajahi dunia imajinasi cerita rakyat Indonesia. Konsep ini diterapkan untuk membuat museum tak lagi sekadar memamerkan objek koleksi namun juga memberikan kesempatan kepada pengunjungnya untuk ‘berpetualang’ sambil menambah ilmu mengenai cerita rakyat Indonesia.

 

Sirkulasi dalam museum mengambil tipe linear yang disesuaikan dengan bentuk bangunan museum namun di dalam ruang pamer akan diterapkan sirkulasi radial dan random untuk menunjang kesan ‘petualangan’. Sementara itu, tata pamer dalam museum akan banyak menggunakan diorama dengan fitur interaktif seperti projective mapping dan layar sentuh digital agar pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan objek pamer. Sedangkan untuk pembentukan atmosfer ruangan dalam museum, digunakan pencahayaan lampu LED serta penggunakan wangi-wangian yang disemprotkan dalam ruang yang dapat menstimulasi indra-indra pengunjung agar suasana dalam tiap ruang dapat semakin terasa.