Perancangan Interior Pusat Kuliner Betawi Dengan Penerapan Unsur Betawi Milenial Di Tangerang
Karya: Agustin Lukmanto / 2001547375
Kota tangerang hampir tidak dikenali identitas suku asli kota Tangerang saat ini (Pemerintah kota tangerang, 2002). Menurut (Rosyadi & Sucipto, 2006) menjelaskan bahwa pembagian wilayah Betawi daerah kota tangerang disebut sub wilayah kebudayaan Betawi ora/udik. Budaya yang terkenal sejak penjajahan belanda adalah masyarakat Betawi. Salah satu pertimbangan untuk penerapan budaya Betawi yang tidak menutup perkembangan zaman milenial.
Perancangan dengan konsep ‘Wira wiri alan-alan’ kata ‘wira’ memiliki makna kata ‘berani’. Sedangkan ‘wiri’ kata predikat terhadap suatu frasa/kalimat. ‘wira wiri’ jika digabungkan makna yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, dan pengertian bersifat dinamis. Sedangkan, ‘alan-alan’ bermakna humoris/pelawak.
Karakter humoris/ pelawak ini untuk milenial, mudah untuk diterima dan dianggap sesuatu karakter yang asik, tidak kaku, menghibur, dan unik. Hal ini, konsep perancangan menghasilkan warna-warni style yang didapatkan berdasarkan pengguna generasi muda, berdasarkan beberapa hasil riset kuesioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap generasi muda milenial. Konsep perkembangan menjadikan desain menghasilkan elektik style.
Gaya desain dari penggabungan beragam inspirasi berhubungan dengan lokal Betawi rumah adat tradisional yang diterapkan pada layout. Beragam material dan elemen yang digunakan memiliki karakteristik kuat, dan berasal dari transformasi bentuk inspirasi rumah adat, alat masak tradisional, dan signage yang ditemukan secara umum di masyarakat Betawi. Konsep memperkenalkan budaya Betawi dengan pengaruh perkembangan zaman milenial, dan penerapan elemen interior perlu diperhatikan seperti, sirkulasi, layouting, dan signage.
Comments :