Karya: Sherly Jocelyn / 2001564551

Keprihatinan terhadap permasalahan kesetaraan gender yang masih menjadi isu di Indonesia seperti contoh kejahatan seksual yang masih menjadi isu nasional negara Indonesia dan masih terus meningkat setiap tahunnya. Kekerasan baik secara fisik terhadap perempuan yang dianggap lemah maupun secara mental seperti pengucilan perempuan dalam paham-paham masyarakat masih terus terjadi.

Museum Pergerakan Perempuan Indonesia dibangun dengan harapan dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari serta mampu menjadi salah satu solusi dalam menjadi wadah edukasi bagi masyarakat local maupun turis mancanegara terkait peran wanita dalam pembangunan negara serta lebih menghargai para pejuang wanita Indonesia sekaligus sesama manusia terlepas dari adanya perbedaan gender.

Kisah Goresan Puan lahir dari tiap makna di setiap katanya.  Kisah menggambarkan sifat perancangan museum yang dibuat lebih naratif dalam sirkulasinya. Dibalik makna goresan, terdapat sifat dualismenya yang dapat ditafsirkan dalam banyak wujud yang berbeda tiap individu dan dualism dalam goresan ini mewakili wujud perempuan yang dapat berbeda-beda sifatnya di tiap pemikiran manusia. Tegas, kuat, namun juga lemah lembut dan penyayang. Puan sendiri diambil dari kata perempuan dimana puan memiliki derajat yang sama dengan tuan. Puan dianggap mewakili sifat perempuan elegan yang memiliki kewibawaan dengan sifatnya yang tenang dan luwes namun tetap tegas dan rapih. Sehingga secara keseluruhan konsep ini menekankan pada dualisme yang diaplikasikan terhadap bentuk, material, dan pencahayaan. Sedangkan warna memakai warna earth tone yang tenang serta warna hijau untuk menekankan tropis perempuan Indonesia. Selain itu pencahayaan memakai warna hangat untuk merepresentasikan iklim Indonesia