Karya: Nefathslam/2201828505

Menggunakan hotel Artotel Yogyakarta, hotel ini berkonsep seni kontemporer sebagai senyawa daya tarik dari hotelnya. Berkolaborasi dengan 7 seniman local berbakat, ARTOTEL Yogyakarta berusaha menampilkan semaksimal mungkin keterampilan dan kebudayaan lokal dari penduduk lokalnya asli. menawarkan lifestyle hotel yang bisa memberikan kenyamanan baik untuk staycation ataupun sebagai tempat hangout bagi anak muda zaman sekarang.

Pada perancangan  hotel artotel ini menggunakan sentuhan  konten lokal pada konsepnya.  Konten lokal yang diterapkan yaitu dari kearifan lokal dari Kalimantan. Kalimantan  mempunyai  berbagai  macam  budaya dan keberagaman yang hidup di masyarakat, salah satunyaya  adalah budaya Suku Dayak. Suku yang sudah mendiami pulau Kalimantan selama ratusan tahun yang lalu itu masih menjaga adat istiadat yang telah turun temurun. Mereka masih beraktivitas dan hidup di hutan Kalimantan. Oleh karena itu keaslian budaya mereka seperti pakaian adat, tari tarian, arsitektur, hewan magis dan alat perperangan bersifat magis tetap terjaga sampai sekarang.

Dari berbagai macam kebudayaan Suku Dayak tersebut, saya memfokuskan / mengerucutkan satu hal dari kebudayaan Suku Dayak yaitu peralatan perangannya yang mempunyai kekuatan magis yaitu Mandau dan Kalambit. Mandau merupakan alat peperangan berupa pedang sedangkan Kalambit merupakan alat pertahanan Ketika perang yang berbentuk Perisai. Dari hasil studi yang sudah dilakukan munculah design statement yang berjudul “Si Ujung Tak Berujung”.

Maknanya yaitu Suku Dayak memiliki jumlah seni kebudayaan yang tak terbatas, salah satunya ialah alat peperangan mereka yaitu Mandau yang sudah terkenal di manca negara dan Kelembit. Bentuk dari alat peperangan ini unik memiliki banyak aksesoris dan bermakna tinggi. Bentuk geometris mendominasi pada alat berperang ini, menjadikan implementasi kepada interior yang tidak terbatas atau tidak berujung.