Titik Temu: Ru-Ka sebagai ‘Best Design So Far’
Titik Temu merupakan kompetisi dan lab desain internasional hasil kolaborasi antara Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) DKI Jakarta the Centre of Studies for Interior Architecture (CSIA), Fakulti Senibina Perencangan dan Ukur (FSPU) Universiti Teknologi Mara (UiTM). Acara diadakan dari tanggal 6-26 September 2021. Sebagian Mahasiswa Desain Interior Binus diwakili oleh Fitrah Nugroho dan Avidya Parasmesti yang berada pada Team 8 dengan Mentor Bapak Christianto Roesli dari Binus dan Sarah Rachman yang merupakan mentor dari UiTM
Pada tanggal 6 September acara dibuka dengan webinar dari Effendy Nazri, “Reducing Anxiety Through Design” dan Aoi Hasegawa, “Interior Design in an Endemic”. Pada tanggal ini juga Team 8 mulai berkenalan dengan anggota lain yaitu Muhammad Shazwan Rosli dan Muhammad Syukri Suhaimi dengan Mentor dari Malaysia Ibu Sarah Rahman. Pada 7 September, brief workshop dan lupa dimulai, peserta diminta untuk memilih tema lomba. Diskusi Team 8 berawal dari keinginan masing- masing anggota mulai dari retail, office hingga recreational, Pak Chris mengajukan salah satu program Rumah Baca untuk daerah rural. Pada tanggal 8 September, Team 8 mengajukan untuk mengambil tema Learning + Recreational dengan Rumah Baca sebagai referensi.
Team memulai research sebagai pedoman desain dan masalah yang ingin diselesaikan oleh team. Berdasarkan data dari Unicef, WHO, dan beberapa jurnal lainnya team mengambil masalah utama kurangnya fasilitas ruang, teknologi yang dibutuhkan, internet, dan kondisi mental anak yang terdampak selama pandemi Covid-19 sementara anak-anak merupakan kurang lebih 30% dari penduduk Malaysia dan Indonesia. Tahapan selanjutnya mentees mencoba melakukan research yang lebih dalam untuk masalah tersebut. Fitrah meringkas “beberapa data dan hasil research dari internet salah satu yang berefek besar pada desain adalah data psikologi anak terhadap desain ruangan dari warna hingga bentuk yang diambil dari, European Journal of child-oriented architecture from the perspective of environmental psychology, 2015.
Tahap selanjutnya data tersebut diproses menjadi konsep desain, team mengambil nama Ru-Ka (Ruang Kanak-Kanak) sebagai nama perancangan. Shazwan membuat hero image dari diskusi yang diadaptasi dari suasana hubungan antara perkotaan dan pedesaan dengan metode pengetahuan yang disampaikan melalui berbagai sarana dan penggunaan metode arsitektur tradisional di wilayah setempat. Ru-Ka juga tidak semata-mata berdasarkan sumber buku atau menyampaikan pengetahuan dengan teori saja. Konsep Arsitektur Ru-Ka adalah modul modul dengan ukuran 3,19 M x 3,19 M yang dapat diperbesar sesuai kebutuhan perdaerah. Arsitektur Ru-Ka juga memperhitungkan cahaya dan sirkulasi dengan bukaan yang banyak, listrik dengan Solar Panel, dan sumber air hujan yang diolah untuk Makerspace.
Konsep perancangan dari diskusi mentees digambarkan oleh Avidya yaitu dengan material ramah lingkungan, ringan, dan menggunakan warna berbeda sesuai dengan referensi tersebut. Material yang digunakan adalah polycarbonate, GRC board, dan kayu sturktur setempat, pada Malaysia menggunakan Kayu Cengal dan Kayu Meranti pada wilayah Indonesia. Kami menggunakan dua site plan salah satunya di jawa timur. Mojokerto. Salah satu dari 5 provinsi tertinggi dengan wabah covid dan salah satu tingkat kemiskinan tertinggi diantara 5 provinsi tersebut, di Malaysia kami menggunakan divisi Kudat, Sabah, karena kabar yang diberitakan mereka kekurangan fasilitas internet. Desain team 8 juga layak dengan program pemerintah. Indonesia memiliki program RPTRA pada Jakarta dan Kota ramah anak di Mojokerto dan Malaysia memiliki Im4u atau Rakan Muda.
Proses desain Ru-Ka dilakukan dengan 3D model yang saling ditukarkan satu sama lainnya selama diskusi diantara anggota Mentees. Perancangan Ru-Ka dibagi menjadi tiga area yaitu Learning x Meeting, Makerspace x Focus Lab, dan Digital x Physical Library. Semua ruangan merupkan multifungsi sesuai dengan kebutuhan. Furniture yang digunakan hampir seluruhnya modular dan dapat dibongkar atau dilipat menjadi modul kotak – kotak yang nantinya semua modul ini dapat dipindahkan pada storage tangga dan lantai.
Pada presentasi final Team 8 mendapat pujian dari juri yaitu “best design so far” dan perancangan sudah setara dengan professional semuanya sangat detail mulai dari inspirasi furniture, konstruksi, sustainability, kemandirian bangunan, dan psikologi anak.
Comments :