Ludhia Dwi Nurly Suprapto

2101650114

Perancangan interior Museum Kebudayaan Banten diambil dari muatan lokal Provinsi Banten. Muatan lokal ini mengangkat salah satu suku yang mewakili identitas Banten yakni Suku Baduy. Penerapan pendekatan ini dikarenakan Suku Baduy merupakan suku yang tertutup dengan dunia luar, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang untuk mengenalkan suku Baduy kepada masyarakat luas. Penerapan muatan lokal dalam sebuah perancangan museum dan berbagai fasilitas dapat membuat pengunjung menikmati keindahan Banten, sehingga dalam proses mengeksplor museum, pengunjung tidak hanya mendapatkan informasi mengenai kebudayaan Banten melainkan mendapatkan sebuah pengalaman yang tidak terlupakan dari fasilitas maupun interior yang disajikan dalam sebuah museum.

Pendekatan muatan lokal dalam perancangan sebuah Museum Kebudayaan Banten ini diambil dari filosofi dan kosmologi pada rumah adat Suku Baduy yaitu Sulah Nyanda. Rumah adat Sulah Nyanda memiliki filosofi dan kosmologi yang sangat kuat baik itu kosmologi terhadapt Tangtungan Jelma (Tubuh Manusia) maupun alam semesta.

Kosmologi rumah adat Sulah Nyanda terhadap alam semesta menjadi pernyataan desain dalam perancangan ini. Yang dimana kata Menyanda diambil dari kata Nyanda pada kalimat ‘Sulah Nyanda’ yang memiliki arti kata ‘bersandar’, dimana posisi ini merupakan posisi yang rileks dan tenang. Sedangkan Ambu Luhur dipercayai sebagai tempat tinggal para Dewa atau leluhur (surga). Kata Ambu Luhur (surga) ini sendiri diganti kedalam Bahasa Sanskerta yaitu Nirwana. “Menyanda pada Nirwana” memiliki makna sebagai bersandar pada kesempurnaan surga.