Aksesoris interior merupakan salah satu elemen yang mendukung terciptanya suasana tertentu pada ruangan. Kehadiran dekorasi dalam ruang interior juga memberikan sentuhan warna dan detail yang menyelaraskan konsep desain yang diangkat. Bentuk aksesoris interior sendiri beragam, mulai dari benda fungsional hingga benda non-fungsional (artwork) yang ditujukan sebagai penguat dekorasi.

Pada semester ini sebagian Binusian 2026 memiliki kesempatan untuk mengolah kreativitas dalam berbagai bentuk aksesoris interior. Dalam mata kuliah Interior Accessories Design, para Binusian diajak berpikir kreatif melalui beberapa pintu gerbang, yakni melalui material, bentuk, fungsi, dan teknik. Pendekatan kekriyaan juga diberikan melalui hands-on project di mana mahasiswa diminta berpraktik langsung membuat karya yang telah dirancang. Pada proyek pertama kelas ini mahasiswa ditantang membuat aksesoris interior dengan menganalisis terlebih dahulu karakteristik material dan memetakan kebutuhan pengguna di dalam ruang- ruang kantor. Pendekatan dengan menganalisis material pada proses desain ini ditujukan untuk dapat memberikan gambaran tentang material yang dipilih. Mahasiswa diajak berpikir kritis akan material pilihannya dan mendapatkan bayangan akan dampak dari mengolah material tersebut dengan bentuk tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun rasa bertanggung jawab sebagai per

ancang masa depan, di mana kita hidup dalam kondisi bumi menghadapi berbagai tantangan, khususnya sumber daya material dan keanekaragaman hayati yang semakin rentan. Selain itu, mahasiswa juga diajak untuk memikirkan residu atau waste dari hasil pengolahan rancangannya agar tidak menjadi beban bagi lingkungan.

Wall Mounted Decorative Lamp karya Alisha Armelle Putri Sunil Mirpuri

Dari proses tersebut beberapa mahasiswa berhasil membuat karya berskala 1:5 dengan menggunakan beberapa material, di antaranya benang dan tali, kaca, kain, clay, eksplorasi clay dan fabric, hingga bereksperimen dengan serat sabut jagung. Karya- karya terpilih memiliki nilai fungsi tertentu seperti beberapa karya yang mengidentifikasi kebutuhan pada ruang rapat/ ruang diskusi. Mereka mencoba memberikan sentuhan pada elemen dinding ruang tersebut. Sebagai contoh, Macrame karya Teresa Arween yang mengolah kreasi Rounded Macrame sebagai wall decoration. Selain itu macrame ini juga diberikn fitur khusus sehingga mampu berfungsi sebagai peredam bunyi. Ada pula Tiffani Olivia yang meramu sabut jangung sebagai material baru untuk divider sekaligus papan diskusi. Pada karya lain, olahan produk dekoratif pada dinding juga dikembangkan oleh Angelina Wilanata yang mengambil studi kasus kantor Traveloka. Ia mencoba bereksperimen dengan material kaca yang ditumpuk secara acak hingga membentuk logo tertentu. Ada pula Kimberli Natania yang mengeksplorasi beberapa jenis kain dengan teknik fabric manipulation sebagai lamp shade pada ruang diskusi.

Wall Decoration karya Teresa Arween

 

Glass Wall Decoration karya Angelina Wilanata

 

Fabric Manipulation on Lamp Shade karya Kimberli Natania

Beberapa karya mahasiswa juga mencoba berkreasi dengan material clay yang diolah dalam berbagai aplikasi dan teknik seperti kintsugi untuk wall tiles karya Christina Angelina, fabric dan clay yang diolah sebagai book end karya Izdihar Ramadhani, wall mounted deco lamp karya Alisha M. (Creative Advertisement 2026), hingga adaptasi teknik sashiko pada satu set vas karya Lee Kayleen.

Ceramic Cup karya Christina Angelina

Ceramic Wall Tiles karya Christina Angelina

 

Fabric Porcelain hasil eksplorasi dari Izdihar Ramadhani

 

Clay Vase Set karya Lie Kayleen

 

 

Built-in Writing Divider karya Tiffany Olivia W.