Gaya Hidup – Bisnis.com Edisi Jumat, 21 April 2017

Dosen Desain Interior Binus University, Dimas Suryono, Ssn, aktif menjadi konsultan praktisi di Kolom Gaya Hidup dari Bisnis.com. Selengkapnya anda dapat melihat artikel di dalam edisi Jumat, 21/ 04/ 2017, 10:38 WIB ditulis oleh Dika Irawan.

http://lifestyle.bisnis.com/read/20170421/220/647115/inspirasi-interior-menikmati-gaya-industrial-di-toko-perhiasan-basa

Bisnis.com, JAKARTA – Apa yang Anda bayangkan dengan toko emas? Betul, biasanya toko perhiasan identik dengan tampilan interior glamor, berkilauan, dan klasik.

Namun, hal itu tidak akan Anda temukan di toko emas ini. Terletak di Blok M Plaza, Jakarta Selatan, toko emas yang satu ini hadir dengan desain yang disebut interior industrial. Hasilnya, tampilan toko terasa akrab dengan dunia anak muda.

Sepintas bila ditengok dari luar, bagian fasad toko tersebut layaknya sebuah kafe atau barbershop kekinian. Hal itu karena bagian fasad toko didesain dengan menggunakan kaca-kaca tembus pandang dengan bingkai besi bercat hitam. Penggunaan material besi dan bentuk-bentuk kotak mendominasi interior toko milik Andi Aulia tersebut. Masih di bagian fasad, terdapat dua kotak etalase yang dibuat menempel di kaca dan menjorok ke luar.

(Toko perhiasan Basa: Transparan mencuri perhatian./Bisnis-Dika Irawan)

Bosan melihat desain interior toko perhiasan yang itu-itu saja, membuat Andi berinisiatif menghadirkan gaya interior berbeda pada tokonya. Menyasar target para pembeli di kalangan usia 20 hingga 40 tahun, Andi pun memilih interior gaya industrial karena dianggap dekat dengan generasi masa kini. November lalu, dia membongkar habis bagian dalam toko berukuran 208 m2. Sebelumnya lapak tersebut digunakan untuk toko pakaian dengan desain interior konvensional. Andi perlu waktu satu bulan untuk menyulap bagian dalam toko tersebut.”Kalau toko perhiasan interiornya klasik, dilihat dari luar sudah segan buat masuk,” ujarnya, Jumat (21/4/2017).

(Lantai bermotif chevron/Bisnis-Dika Irawan)

Masuk ke bagian dalam toko, tampak lantai bermotif chevron dengan desain menyerupai huruf V serta kombinasi warna gelap dan cerah. Dirancang dengan material vinyl, lantai tersebut menjadi bagian cukup menarik karena tampilannya yang futuristik. Desainer Interior Dimas Suryono mengatakan, material pelapis lantai vinyl dipilih karena lebih mudah instalasinya. Selain itu, vinyl lebih murah ketimbang pelapis lantai jenis lainnya.

Bagi Dimas, lantai merupakan elemen penting dalam interior karena biasa menjadi pusat perhatian orang ketika baru masuk ke dalam ruangan. “Kami sengaja desain seperti itu karena pas masuk pandangan mengarah ke bawah,” tuturnya. Di dalam ruangan, keberadaan lemari etalase bermaterial besi cukup menyita perhatian.

(Lemari besi/Bisnis-Dika irawan)

Selain ukurannya relatif besar, lemari tersebut didesain dengan tampilan besi tua. Material tersebut sesungguhnya baru, tetapi dibuat gores-goresan sehingga terlihat berkarat. Di tepian lemari itu juga dipasang baut-baut kecil demi memunculkan kesan pabrik. Kemudian, untuk lemari etalase lainnya digunakan perabotan berbahan kayu high pressure laminate untuk memunculkan kesan kayu unfinished.

(Display lemari kayu/Bisnis-Dika Irawan)

Dimas beralasan, kayu jenis itu harganya lebih murah dan tampilannya tidak kalah dengan kayu solid. “Kalau kayu solid kelemahannya ketika ada gores kelihatan sekali,” ujarnya.

(Langit-langit terbuka dengan aksen cat merah/bisnis-Dika Irawan)

Kesan industrial semakin tegas di bagian langit-langit toko. Langit-langit tersebut dibuat terbuka untuk memperlihatkan bagian pipa-pipa listrik maupun sirkulasi anginnya. Seluruh pipa dan langit-langit dicat hitam. Namun ada satu pipa dicat merah sebagai aksen pada gaya industrial. “Kalau langit-langitnya tidak dibuka akan mempersempit ruangan,” ujarnya. Agar semakin memperkuat kesan industrial, tak lupa Dimas menghadirkan kursi-kursi bergaya serupa. Pertimbangan lainnya, bentuk kursi yang sederhana juga tidak memakan banyak ruang.

Soal penempatan dua etalase di fasad toko, Dimas melakukan hal itu untuk memberikan kesan wow atau sebagai focal point. Dia tidak memotong kaca di bagian fasad, tetapi mengakalinya dengan menempelkan dua kotak berbeda di bagian depan dan dalam sehingga sekilas tampak menyatu.

Tak lupa untuk dekorasi ruangan, lampu-lampu pijar dan LED berbentuk bulat dipasang di beberapa bagian sudut ruang. Cahayanya tidak terlalu terang namun mampu menghangatkan suasana ruangan. “Lampu utama untuk menerangi ruangan tetap ada,” tuturnya.

Konsep. Dimas mengatakan, untuk mendesain sebuah toko unsur yang harus dipenuhi adalah tampilan produk-produknya. Dalam mendesain toko ini, Dimas terlebih dahulu membuat konsep peletakan perhiasan-perhiasan tersebut agar mudah dilihat orang yang berlalu lalang. Itu sebabnya dia memasang dua etalase di bagian fasad gedung untuk mencuri perhatian mata pengunjung agar mau menoleh ke toko.

Setelah berdiskusi dengan pemilik toko, akhirnya dipilih gaya industrial. Pertimbangannya, gaya itu sangat urban sesuai dengan keinginan pemilik yang menyasar generasi muda. Selain itu, dengan tampilan interior yang terkesan gelap membuat perhiasan-perhiasan lebih terlihat. Bekerjasama dengan pemilik toko yang berjiwa muda dan berlatarbelakang desainer grafis memudahkan Dimas merancang toko ini. Dengan kata lain, apa yang diinginkan pemilik toko tidak terlalu sulit untuk diterapkan di lapangan. Hasilnya, porsi dalam mendesain ini seimbang, sebagian dari gagasan Dimas  dan sebagian lain gagasan Andi.

Dampaknya sungguh memuaskan. Andi menuturkan, tampil dengan konsep kekinian membuat tokonya akrab disambangi pengunjung-pengunjung dari generasi muda. Mereka tidak lagi ragu untuk datang ke toko perhiasan yang selama ini lekat dengan orang-orang tua. “Pengunjung tidak lagi sungkan melangkahkan kaki ke sini. Setelah enam bulan dibuka, sesuai harapan para pengunjung kebanyakan anak muda,” pungkasnya.

Tag : fashion, interior

Editor : Saeno